Sabtu, 22 Oktober 2016

Evaluasi Pembelajaran

Diposting oleh Unknown di 02.05


A.    Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
a.       Validitas
b.      Reliabilitas
c.       Objektivitas
d.      Praktikabilitas
e.       Ekonomis
Keterangan dari masing-masing ciri akan diberikan dengan lebih terperinci sebagai berikut
a.      Validitas
Sebelum mulai dengan penjelasan perlu kiranya dipahami terlebih dahulu perbedaan arti istilah “validitas” dengan “valid”. “validitas” merupakan sebuah kata benda, sedangkan “valid” merupakan kata sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit siswa atau gutu mengatakan: “Tes ini baik karena sudah validitas”, jelas kalimat tersebut tidak tepat. Yang benar adalah: “Tes ini sudah baik karena sudah valid” atau “Tes ini baik karena memiliki validitas yang tinggi”.
      Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan senyatanya. Sebagai contoh, informasi tentang seorang bernama A menyebutkan bahwa si A pendek karena tingginya tidak lebih dari 140 sentimeter. Data tentang A ini dikatakan valid apabila memang sesuai dengan kenyataan, yakni bahwa A kurang dari 140 sentimeter. Contoh lain, data B yang diperoleh dari cerita orang lain menunjukkan bahwa ia pembohong. Bukti bahwa si B pembohong diperoleh dari kenyataan bahwa si B sering berbocara tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian maka data tentang B tersebut valid dan cerita orang tersebut benar.
Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid , karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Dari sedikit uraian dan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan, maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Istilah “valid”, sangat ukar dicari gantinya. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan, yaitu sahih sehingga mencakup semua arti yang tersirat dalam kata “valid”, dan kata “tepat” kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata “tepat” dalam menerangkan kata “valid” dapat memperjelas apa yang dimaksud.

Contoh:
Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui;
-          Kehadiran;
-          Terpusatnya perhatian pada pelajaran;
-          Ketetapan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya
Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi belajar. Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas logis (logical validity), validitas ramalan (predictive validity), dan validitas kesejajaran (concurrent validity)
a)      Validitas Logis (Logical Validity)
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” yang berasal dari kata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnyamembuat sebuah karangan, jika penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen , secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.
      Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai olej sebuah instrumen, yaitu: caliditas isi dan validitas konstrak(construct validity). Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Selanjutnya validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnnya dievaluasi
b)      Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenal hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sesebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada mas ayang akan datang.
Misalnya, tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah. Jika nilai tesnya tinggi tentu menjamin keberhasilannya kelak. Sebaliknya, seorang calon katakan tidak lulus tes karena memiliki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akann tidak mampu mengikuti perkuliahan yang akan datang.
Sebagai alat pembanding validitas prediksi adlaah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya rendah, maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.
c)      Validitas “ada sekarang” (Concurrent Validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini, hasil tes dipasangkan dengna hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenal hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent)
Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau laat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.
Contoh;
Misalnya, seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya memiliki. Misalnya nilai ulangan harian atau ulangan sumatif yang lalu.
b.      Reliabiltas
Kata reliabiltas dalah bahasan Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasla dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Seperti halnya istilah validitas dan valid, kekacauan dalam penggunaan istilah “reliabilitas” sering dikacaukan dengan istilah “reliable”. “Reliabilitas” merupakan kata benda, sedangkan “reliable” merupakan kata sifat atau kata keadaan.
      Sorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu bicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian pula halnya sebuah tes. Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.
      Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baik, akan tetapu karena kenaikannya dialami semia siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan hasil tes kedua barangkali disebabkan oleh adanya “pengalaman” yang diperoleh pada waktu mengerjakan tes pertama. Dalam keadaan seperti ini dikatakan bajwa ada carry-over effect atau practice-effect, yaitu adanya akbiar yang dibawa karena siswa tekah mengalami suatu kegiatan.
     
Jika dihubungkan dengan validitas maka:
-          Validitas adalah ketepatan
-          Reliabilitas adalah ketetapan

c.       Objektivitas
Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk memengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektifvitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya.
      Apabiladikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan (concsistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada 2 (dua) faktor yang memengaruhi subjektivitas dari sebuah tes. Yaitu bentuk tes dan penilai
1)      Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai. Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif di berbagai bidang. Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
2)      Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain: kesan penilai terhadapa siswa, tulisan, bahasa , waktu mengadakan penilaian, kelelahan, dan sebagainya. Untuk menghindari atai mengurangi masuknya unsur subjektivitas dalam pekerjaan penilaian, maka penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian, yaitu kontinuitas dan komprehensivitas.
a)      Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Tes yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif  tentang keadaan seorang siswa. Faktor kebetulan, akan sangat mengganggu hasilnya. Kalau misalnya ada seorang anak yang sebetulnya pandai, tetapi pada waktu guru mengadakan tes dia sedang dalam kondisi yang jelek karena semalaman merawat ibunya yang sedang sakit, maka ada kemungkinan nilai tesnya jelek pula.
b)      Evaluasi haris dilakukan secara komprehensif (menyeluruh) yang dimaksud dengan evaluasi yang komprehensif di sini adalah atas berbagai segi peninjauan, yaitu:
(1)   Mencakup keseluruhan materi
(2)   Mencakup berbagai aspek berpikir (pemahaman, ingatan, aplikasi, dsb)
(3)   Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan, pengamatan insidental dsb.

d.      Praktikabilitas (practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
Tes yang praktis adalah tes yang;
1)      Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
2)      Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaan maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
3)      Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain.

e.       Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis di sini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/bi

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nita Novita Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos